RINJANI
Mendaki Eksotisme Gunung Rinjani
PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa yang bermarkas di New York, menetapkan tahun 2002 sebagai tahun “Ekowisata, Gunung Berapi Internasional, dan Warisan Budaya”. Tema utama yang diusung itu terasa tepat di tengah maraknya kerusakan lingkungan, yang berakibat buruk bagi kehidupan manusia.
Di Indonesia, Presiden Megawati meresponnya dengan Pencanangan Tahun Ekowisata 2002, yang peresmiannya dilaksanakan di Puncak Selo, Kabupaten Boyolali, tepatnya di celah Gunung Merapi-Merbabu. Gerakan nasional ini mencerminkan kepedulian dunia pariwisata terhadap kelestarian lingkungan.
Secara sederhana, ecotourism atau sering disebut ekowisata merupakan sebuah produk pariwisata yang memanfaatkan aset alam dan lingkungan secara arif dan bijaksana. Sehingga kekayaan serta keanekaragaman hayati bisa lestari dan serasi dengan komunitas manusia di sekelilingnya.
Keputusan pemerintah untuk menggalakkan ekowisata di Indonesia adalah sebuah langkah tepat. Hal ini didasari kenyataan bahwa basis kekuatan pariwisata Indonesia sebenarnya terletak pada anugerah kekayaan alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Dengan memiliki 129 gunung berapi atau 13% gunung api di dunia, prospek pengembangan ekowisata di Indonesia bisa dibilang cerah. Sayangnya, hanya sedikit kawasan gunung berapi yang dikelola secara ekowisata yang menghasilkan devisa negara. Selebihnya terbengkalai dan rusak parah akibat kesalahan pengelolaan dan penebangan liar.
Salah satu gunung berapi di Indonesia yang terkenal ke seantero dunia adalah Rinjani. Setiap tahun, tercatat ribuan wisatawan asing dan domestik mendaki gunung berketinggian 3.726 m dpl (dari permukaan laut) ini. Tak pelak lagi, Gunung Rinjani menjadi incaran pencinta petualangan alam bebas.
Terletak di sebelah utara tanah Lombok, Nusa Tenggara Barat, Gunung Rinjani merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia. Ketinggian puncaknya hanya terkalahkan oleh Pegunungan Jayawijaya di tanah Papua dan Gunung Kerinci yang berada di tanah Sumatera.
Ada beberapa jalur pendakian yang sering dipakai untuk mendaki Gunung Rinjani. Namun bagi petualang yang pertama kali berkunjung ke Lombok, disarankan memilih jalur Sembalun Lawang. Pos awal pendakian di jalur ini relatif murah dan mudah dijangkau dengan transportasi umum.
Dari gerbang pelabuhan laut Lembar, perjalanan menuju terminal bus di Kota Mataram. Di terminal tersedia kendaraan elf jurusan Mataram-Aikmel. Sekira 1 jam perjalanan, sampailah di kawasan Aikmel. Di sini, para petualang disambut kendaraan elf yang langsung menuju pos pendakian Sembalun Lawang.
Selama menempuh perjalanan, kita melewati hutan tropis ditambah atraksi monyet liar di pinggiran jalan. Areal perkebunan kol, cabai dan bawang terbentang luas. Selain itu, tersaji pemandangan ngarai hijau mempesona yang dihuni suku Sasak tradisional, suku asli Pulau Lombok.
Setiba di pos pendakian Sembalun Lawang, para pendaki wajib mendaftarkan diri. Sebelum keberangkatan, petugas jagawana memberikan pesan agar menjaga kebersihan dan menghormati adat istiadat penduduk setempat. Tak lupa diterangkan pula lokasi mata air yang tersembunyi.
Bagi yang membutuhkan, tersedia jasa guide (pemandu) atau porter (tenaga angkut), yang dilengkapi penyewaan peralatan serta perbekalan standar pendakian gunung. Pengelolaan jasa wisata yang melibatkan suku Sasak ini, menerapkan tarif berbeda bagi wisatawan asing dan wisatawan lokal.
Medan pendakian
Tantangan awal yang mesti ditempuh adalah padang sabana yang luas dan berbukit-bukit. Karakteristik alam ini memberikan pengalaman baru bagi petualang yang biasa mendaki pegunungan di tanah Jawa. Biasanya pegunungan di Jawa lebih banyak menyuguhkan hutan homogen dan heterogen.
Tanah tandus berdebu disertai iklim yang menyengat membuat stamina cepat terkuras. Hanya di beberapa tempat terhampar rumut ilalang yang lebat sebagai makanan lezat bagi lembu-lembu gembala. Di tempat tertentu terdapat pos khusus yang bisa digunakan berkemah dengan mata air dan wc darurat.
Sehabis padang sabana, medan perjalanan terasa semakin berat. Tanjakan terjal dengan jurang menganga mulai hadir di antara rimbunan hutan heterogen. Gunung Rinjani bisa dikatakan aman dari ancaman binatang buas. Burung, monyet yang bergelantungan dan ayam hutan yang kerap dijumpai di hutan.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 7 jam, sampailah di pelawangan (punggungan gunung) Sembalun Lawang. Lokasi yang ditumbuhi cemara gunung (Casuarina junghuniana) ini merupakan pos pendakian terakhir sebelum menuju puncak.
Pelawangan Sembalun Lawang terletak persis di lereng penyangga Danau Segara Anakan. Walhasil, sembari istirahat, pendaki bisa sepuasnya menyaksikan keeksotisan danau raksasa yang terbentuk secara vulkanik akibat letusan Gunung Rinjani.
Sayangnya cuaca di ketinggian ini sangat mudah berubah. Serangan kabur dingin bisa datang mendadak menggantikan cuaca panas menyengat. Tak jarang angin badai mampu merobek bahkan menerbangkan tenda. Namun, pesona sunrise dan sunset menjadi momen yang tak terlupakan seumur hidup.
Lantas ada dua pilihan: melanjutkan petualangan menuju puncak atau langsung turun ke Danau Segara Anakan. Medan perjalanan menuju puncak berat dan cukup berbahaya. Padang pasir, kawah, dan jurang yang seolah tanpa dasar, akan memaksa berpacunya adrenalin selama 3-5 jam perjalanan.
Sedangkan medan perjalanan menuju Danau Segara Anakan tak kalah menegangkan. Para pendaki harus lincah menuruni lereng cadas dengan kemiringan berkisar 40-80 derajat. Yang patut diperhatikan ialah resiko reruntuhan batuan yang membahayakan jiwa pendaki.
Danau Segara Anakan
Bagi suku Sasak, Danau Segara Anakan dianggap tempat sakral yang harus dijaga kesuciannya. Danau berwarna hijau dan biru itu, digunakan pula sebagai tempat ziarah dan peribadatan umat Hindu, Islam Wettu Telu (sinkretisme Islam-Hindu) serta kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa.
Maka tak perlu heran, bila mencium asap dupa atau menemukan kembang sesaji di sekitar tepian danau. Selain itu, Suku Sasak sangat menghormati tempat persemayaman Dewi Anjani ini, yang dipercaya sebagai penguasa tertinggi alam gaib Gunung Rinjani ini.
Air danau yang berasa kesat, akibat campuran air tawar dan air belerang ini, diyakini sebagai obat ampuh untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Percaya atau tidak, nyatanya keadaan ini menyebabkan tumbuhnya kearifan budaya lokal untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menghindari eksploitasi sumber daya alam.
Terlepas dari semua itu, para pendaki akan merasa dimanjakan alam. Untuk melemaskan otot yang tegang, kita bisa berendam air panas seharian di beberapa kolam belerang alami. Walaupun dijadikan tontonan puluhan monyet liar yang bertaring tajam.
Yang paling mengasyikan, tentunya membakar ikan di pinggir danau. Ikan mas, mujair dan harper yang berukuran besar berkembang biak dengan pesat di danau ini. Bila kurang ahli memancing atau sedang apes, kita bisa membeli ikan dari pemancing lokal yang sering muncul di musim liburan.
Di seberang danau terlihat gundukan bukit pasir yang sering mengeluarkan asap putih ke angkasa. Orang-orang menyebutnya sebagai Gunung Baru. Tak banyak keterangan mengenai gunung pasir yang masih aktif tersebut.
3 Jalur Resmi Mendaki Gunung Rinjani
10/06/2012
Baru-baru ini terdengar kabar santer tentang rencana pembuatan jalur baru yang di gulirkan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok. Tujuan mereka mengupayakan hal ini sebagai alternative jalur medan yang lebih pendek sehingga para pengunjung lebih cepat sampai menuju puncak Rinjani.
Terlepas dari apa yang tengah Pemerintah Kabupaten Lombok upayakan dalam membuat jalur alternative, saat ini untuk menuju puncak Rinjani dapat ditempuh lewat 3 pintu masuk, yaitu Senaru, Sembalun dan Torean.
Jalur Sembalun
Mataram – Sembalun (± 4-5 jam kendaraan umum)
Sembalun Lawang – Puncak Gunung Rinjani (± 7 Jam Jalan Kaki)
Sembalun Lawang – Danau Segara Anak (± 2-3 Jam Jalan Kaki )
Jalur Senaru
Mataram – Senaru (± 3-4 Jam Kendaraan Umum)
Senaru – Danau Segara Anak (± 7-10 Jam Jalan Kaki)
Danau Segara Anak – Pelawangan Sembalun (4 Jam Jalan Kaki )
Pelawangan Sembalun – Puncak Rinjani (2-3 Jam Jalan Kaki)
Jalur Torean
Mataram – Torean (± 4-5 Jam Kendaraan Umum)
Torean – Danau Segara Anak (± 8-9 Jam Jalan Kaki)
Ketiganya memiliki keunggulan view masing-masing. Namun di kalangan pendaki banyak yang memilih mendaki gunung Rinjani start dari Sembalun kemudian turun ke Senaru. Sementara jalur Torean sangat jarang di gunakan oleh pendaki. Jalur ini biasa di gunakan oleh para peziarah yang melakukan ritual di Segara Anakan.
Berikut penjelasan detail dari ketiga jalur tersebut.
Jalur Senaru (Pintu Utara)
Di antara ketiga pintu masuk, jalur pendakian Senaru merupakan jalur yang paling ramai. Hal ini di sebabkan banyak dari pengunjung terutama wisatawan asing yang hanya ingin menikmati Segara Anak saja tanpa mereka bersusah payah mencapai puncak Rinjani. Jika dari Senaru untuk mencapai Segara Anak lebih cepat ketimbang lewat Sembalun. Apalagi view keindahan pesona alam Rinjani dapat di saksikan dari Pelawangan Senaru.
Selama mendaki lewat jalur Senaru Anda akan di suguhkan hutan primer, sehingga Anda tidak perlu takut terkena terik matahari seperti di jalur Sembalun. Sepanjang perjalanan Anda akan menemukan 3 shelter yang bisa Anda gunakan untuk tempat istirahat maupun camping area.
Setelah sampai di atas Pelawangan Senaru Anda akan di suguhkan pemandangan super cantik dari Rinjani. Tidak heran view dari tempat ini sering di jadikan gambar di kalender maupun perangko.
Rinjani dari Pelawangan Senaru
Untuk memperoleh informasi mengenai pendakian Gunung Rinjani telah disediakan Pusat Pendakian Terpadu (Rinjani Trek Centre) atas kerjasama Balai Taman Nasional Gunung Rinjani dengan NZAID (New Zealand Asistance International Development)
Dari Danau Segara Anak bila Anda ingin melanjutkan perjalan ke puncak Gunung Rnjani Anda harus menuju ke Pelawangan Sembalun terlebih dahulu yang membutuhkan waktu ± 4 Jam.
2. Jalur Sembalun (Pintu Timur)
Jalur Sembalun merupakan jalur primadonanya pendaki gunung. Di jalur ini rutenya tidak terlalu curam, hanya menyusuri setapak yang menembus
Sunset di Plawangan Sembalun
3. Jalur Torean (Pintu Tengah)
Sepanjang jalur ini, dari Desa Torean menuju kali Tiu ( batas TNGR ) yang merupakan Pos I pendakian dapat dijumpai ladang, padang pengembalaan, perkebunan dan merupakan kawasan Hutan Produksi. Kemiringan 20 - 45% jarak desa Torean dengan batas TNGR ( Pos I ) ± Km 5,00 Km dengan kemiringan ±10 - 30%.
Goa Susu
Jarak dari Pos III Torean menuju ke Plawangan Torean ± 3,50 Km dengan kemiringan ± 30 - 40%, sepanjang perjalanan kita akan berada dalam apitan 2 buah gunung dan kita juga dapat menikmati aliran sungai ( Kokok ) Putih.
Ada yang menarik jika Anda mendaki gunung lewat jalur ini, yaitu pesona dari Goa Susu.
GAMBAR - GAMBAR DAN FOTO PENDAKIAN RINJANI :
Rinjani adalah gunung yang mempunyai nilai keindahan lebih di banding gunung yang lain di Indinesia. Dan untuk para Petualang sejati harus mencobanya.!!!